LAPORAN
PRAKTIKUM LAPANGAN
BUDIDAYA TANAMAN SAYUR DENGAN METODE HIDROPONIK NFT (Nutrient
Film
Technic) DI PARUNG FARM –
BOGOR
Untuk
Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktek Kerja Lapangan
Disusun Oleh:
Ahmad Solihin
(10640044)
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
TAHUN 2013
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur
kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, atas limpahan nikmat dan rahmatnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL),
serta dapat menyelesaikan laporan ini. laporan ini berisi tentang teknik
pertanian secara hidroponik (budidaya tanaman tanpa menggunakan tanah) yang
khususnya pada model hidroponik NFT.
Atas dukungan dari
berbagai pihak yang telah mendukung tercapainya kegiatan praktik kerja lapangan
serta terselesaikannya laporan ini, penulis mengucpakan terimakasih kepada:
1.
kedua orang tua atas bantuan do’a dan
materi,
2.
Ibu Anti Damayanti H., S.Si., MmolBio
selaku dosen pembimbing akademik,
3.
Kepada bapak sarmin selaku pembimbing
lapangan,
4.
Bapak Drs. Soebagyo karsono sebagai
pemilik PT. Parung Farm atas diijinkannya untuk melakukan kegiatan PKL di
Parung Farm,
5.
Bapak Ir. Soedibyo karsono dan Bapak
Agus Sunaryanto yang telah memberikan wawasan tentang hidroponik,
6.
Teman-teman PKL, yang bersedia membantu
dalam kegiatan PKL,
7.
Kepada seluruh Staf dan Karyawan Parung
Farm, serta seluruh pihak yang ikut serta membantu kegiatan PKL dan penyelesain
laporan ini.
Semoga
Allah SWT berkenan membalas amal kebaikan oleh pihak-pihak yang telah bersedia
membantu penulis. Penulis menyadari bahwa mungkin laporan PKL ini masih banyak
kekurangan dan belum sempurna, maka penulis menghaturkan maaf yang
sebesar-besarnya. Selain itu, kritik dan saran sangat diperlukan untuk
perbaikan penulisan selanjutnya, dan akrirnya semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan penulis.
Yogyakarta, 21 Juli 2013
Penulis
DAFTAR
ISI
Halaman
A.
Penilaian Pelaksanaan Praktek Kerja
Lapangan ................................ 28
B.
Jurnal Kegiatan Praktek Kerja Lapangan............................................ 29
C.
Form Bimbingan Praktek Kerja Lapangan.......................................... 31
D.
Ramuan Pupuk Hidroponik................................................................. 33
E.
Nilai pH Untuk Tanaman Hidroponik................................................. 34
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dewasa ini semakin meningkatnya
pembangunan-pembangunan yang dilakukan oleh berbagai pihak menyebabkan semakin
kurangnya lahan untuk melakukan kegiatan bercocok tanam. Dari hal tersebut maka
metode tanam hidroponik merupakan solusi yang tepat untuk media bercocok tanam.
Hidroponik merupakan salah satu metode modern yang dijalankan dalam bidang
pertanian dan perkebunan. Metode ini memberikan terobosan baru dalam bercocok
tanam, karena metode hidroponik tidak menggunakan tanah sebagai medianya. Selain
itu, teknik hidroponik cukup efisien dalam mensuplai kebutuhan nutrisi tanaman
sehingga tanaman akan cepat tumbuh dan berkembang tanpa mengalami kesulitan
untuk mendapatkan nutrisi.
Penggunaan teknik budidaya tanaman
secara hidroponik memiliki berbagai keuntungan. Beberapa keuntungan yang
diperoleh dari penggunaan teknik ini adalah mengeliminasi serangan hama,
cendawan, dan penyakit asal tanah sehingga dapat meniadakan penggunaan
pestisida, mengurangi penggunaan areal tanam yang luas, meningkatkan hasil
panen serta menekan biaya produksi yang tinggi. Selain itu, teknik hidroponik
dapat mempercepat waktu panen, penggunaan air dan unsur hara yang terukur, kualitas,
kuantitas dan kontinuitas hasil yang terjamin.
Semua keuntungan yang diperoleh
melalui teknik budidaya hidroponik sangat ditentukan oleh kandungan unsur hara
makro maupun mikro. Bertanam dengan teknik hidroponik akan memudahkan para
petani dalam mengatur kebutuhan unsur hara yang diperlukan suatu tanaman secara
langsung.
Teknik NFT merupakan salah satu
jenis model dari bercocok tanam secara hidroponik. Pada dasarnya model NFT
lebih mudah diaplikasikan dan tidak terlalu rumit jika dibandingkan dengan
teknik aeroponik dan DFT. Metode penanaman yaitu menempatkan akar dalam
sirkulasi atau aliran air (nutrisi) yang tipis. Menurut Morgan (2000 dalam Susila dan Yuni, 2008) untuk
menjaga aerasi yang baik (kebutuhan oksigen) pada perakaran, maka lapisan akar
yang harus terendam dalam larutan hara hanya sedikit.
Parung Farm adalah salah satu dari
beberapa perusahaan yang bergerak dalam pertanian yang mengaplikasikan metode hidroponik.
Berbagai jenis atau model hidroponik, yang diterapkan dalam produksi sayuran di
perusahaan ini yaitu sistem substrat, aeroponic,
dan sistem NFT. Sistem-sistem tersebut digunakan dengan cara yang
sederhana, tetapi ini merupakan langkah yang baik untuk menuju pertanian yang
lebih efisien dan efektif dengan memanfaatkan teknologi yang ada.
B.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui tentang teknik bercocok
tanam dengan metode hidroponik model NFT
2.
Mengetahui kelebihan dan kelemahan budidaya
tanaman dengan sistem hidroponik model NFT
C.
Waktu dan Tempat Praktek Kerja Lapangan
Praktek Kerja lapang (PKL) ini
dilakukan di Perusahaan Hidroponik Parung Farm Desa Parung, Kabupaten Bogor,
Jawa Barat. PKL ini dimulai sejak tanggal 06 Juli hingga Tanggal 22 juli 2013.
BAB
II
GAMBARAN
UMUM INSTITUSI
A. Sejarah dan Perkembangan
Perusahaan Parung Farm
Parung
Farm didirikan pada akhir tahun 1998 oleh Bapak Drs. Soebagyo Karsono dan
kakaknya Bapak Ir. Soedibiyo Karsono.
Mereka mempunyai hobi tentang elekronika, maka dibuatlah oleh mereka
peralatan-peralatan hidroponik. Kebun Hidroponik yang baru didirikan itu
kemudian dipercayakan kepada Ir. Haryadi sebagai ketua dan Agung Wahyudi
sebagai wakilnya. Awalnya Parung Farm didirikan dengan nama PT. Kebun Sayur
Segar yang hanya bergerak di bidang hidroponik sayuran, baik sayuran daun
maupun sayuran buah. Pada tahun 2000, kebun hidroponik mengembangkan usahanya
untuk mengusahakan tanaman hias, yaitu anggrek, sehingga pada awal tahun 2001
perusahaan tersebut berubah nama menjadi Parung Farm.
Perusahaan
ini bergerak di bidang pelatihan dan produksi tanaman sayuran, hidroponik buah,
aeroponik dan kultur jaringan untuk budidaya anggrek. Usaha ini dimulai dari
penelitian dan uji coba penanaman tanaman secara hidroponik yang cocok
dikembangkan di daerah parung. Penanamannya dilakukan di dalam greenhouse
yang dibuat dengan sederhana. Greenhouse
ditanami tanaman mentimun jepang varietas Spring swallow, melon
varietas eagle, paprika varietas Spartacus dan tanaman tomat
varietas recent. Dikarenakan suhu yang kurang mendukung, produksi
tanaman tersebut dilakukan di daerah Sukabumi, sedangkan tanaman yang
diproduksi di Parung meliputi tanaman bayam, kangkung, petsai dan caisim
(sawi).
Pelatihan
budidaya tanaman hidroponik dilakukan setiap hari Sabtu dan Minggu jika ada.
Pelatihan ini ditujukan bagi karyawan swasta, pegawai negeri dan pelajar dengan
tema yang berbeda ditiap pertemuannya. Selain itu, Parung Farm juga membuka
konsultasi di bidang pertanian. Seiring bertambahnya waktu yang banyak diminati
oleh masyarakat adalah budidaya hidroponik sayuran dan budidaya anggrek. Maka
dari itu hidroponik sayuran dan budidaya anggrek lebih dikembangkan.
B. Struktur Organisasi
Parung Farm merupakan perusahaan milik pribadi sehingga
dipimpin oleh pemiliknya, yang juga berstatus sebagai direktur perusahaan.
Direktur bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan. Struktur organisasi
Parung Farm terdiri atas direktur utama Kebun Sayur Segar (KSS), direktur utama
Kebun Anggrek Parung (KAP), serta direktur utama Pengembangan, Pendidikan dan
Pelatihan (BANGDIKLAT).
Kebun Sayur Segar (KSS) dipimpin oleh direktur utama yang
membawahi manajer produksi, manajer pemasaran, bagian administrasi dan
keuangan. Manajer produksi bertugas untuk mengawasi dan menangani produksi
sayuran, manajer pamasaran bertugas menangani pendistribusian sayuran ke
supermarket-supermarket. Bagian administrasi dan keungan bertugas untuk
menangani keuangan perusahaan dan pemberian gaji karyawan. Divisi Pengembangan,
Pendidikan dan Pelatihan memiliki tugas untuk memberikan pengetahuan tentang
hidroponik dan sekaligus mengadakan pelatihan hidroponik untuk pelajar,
mahasiswa, dan masyarakat umum.
Sumber: Parung Farm
C. Kegiatan – Kegiatan Parung
Farm
Kegiatan yang
dilakukan di Parung Farm antara lain :
1. Mengembangkan budidaya sayuran dan anggrek dengan
sistem hidroponik.
2. Menyelenggarakan kegiatan pelatihan, penelitian dan
penyuluhan mengenai kultur jaringan anggrek dan hidroponik sayuran.
3. Mengikuti kegiatan pameran untuk lebih memperkenalkan
program usaha dengan sistem hidroponik dan juga untuk memasarkan hasil.
4. Mengembangkan sistem hidroponik yang digunakan di
Kebun Sayur Segar Parung Farm antara lain hidroponik substrat, NFT (Nutrient
Film Technic), aeroponik, Deep pond floating raft (sistem rakit
apung), Sifon Top Feeding
(pengucuran dari atas), DFT (Deep and Flow Technic), sistem pasang surut
serta budidaya anggrek.
D. Sarana dan Pra Sarana
Kebun hidroponik parung farm memiliki lahan seluas 3,8 Ha,
adapun sarana dan pra sarana yang dimiliki yaitu:
1. Greenhouse
Parung farm memiliki 7 greenhouse terdiri dari 6 greenhouse pertanaman dan 1 greenhouse percobaan. Tiap greenhouse terdiri atas bed (bedengan)
yang terbuat dari beton dan bambu untuk penanaman dengan jarak antar bed 50 cm.
Ukuran bed adalah 2 m x 8 m, dengan jumlah bed pada masing-masing greenhouse tidak sama. Adapun tanaman
sayur yang dibudidayakan yaitu selada merah, selada hijau, romaine, endive,
bayam hijau, bayam merah, caisim, siomak, pakchoy dan kangkung.
2. Pendopo
Pendopo merupakan tempat untuk mengajar dan mengadakan
pelatihan hidroponik. Pendopo berada di tengah-tengah kebun Parung. Luas
bangunan ini sekitar 150 m². Sarana pendukung yang terdapat di pendopo adalah whiteboard, megaphone, dan alat peraga hidroponik.
3.
Kantor
Kantor terdiri atas dua bagian, yaitu kantor administrasi
dan kantor diklat. Letak kedua kantor ini bersebelahan dengan luas total
sekitar 150 m². Kantor administrasi digunakan untuk menangani produksi dan
pemasaran, sedangkan kantor diklat digunakan untuk pelatihan. Selain itu juga
terdapat ruang meeting yang berdekatan dengan tempat parkir motor dan cold storage.
4.
Tempat Pengemasan
Tempat pengemasan terletak
di bagian depan, hal ini ditujukan agar produk sayuran yang telah dikemas mudah
diangkut ke mobil pengangkut. Luas tempat pengemasan sekitar 50 m². Yang
terdiri dari tempat penyortiran sayur, pencucian, penimbangan dan pengemasan.
5.
Kebun Anggrek
Luas kebun anggrek sekitar
400 m². Lokasi ini digunakan untuk budidaya anggrek dan tanaman hias lain.
Jenis anggrek yang dibudidayakan yaitu Dendrobium,
Vanda, Oncidium, dan Phalaenopsis.
Selain anggrek, parung farm pun menyediakan aneka tanaman buah seperti jambu
batu, jambu air, jeruk, sawo, nangka, durian dan sebagainya.
6.
Asrama
Asrama terletak di bagian belakang kebun. Luas asrama
sekitar 160 m². Asrama diperuntukkan bagi karyawan, terutama karyawan tetap
yang sudah lama bekerja di Parung Farm.
7.
Tempat Pembenihan dan Penyemaian
Tempat pembenihan berfungsi untuk memasukkan benih ke dalam
rockwool dan pembungkusan bibit
tanaman dengan rockwool. Selain itu
di tempat ini juga terdapat kolam yang digunakan untuk pencucian kangkung hasil
panen. Tempat penyemaian terdiri dari dua tempat yaitu tempat penyemaian dengan
media rockwool dan media kerikil.
Tempat penyemaian dengan media rockwool
hanya terdiri dari beberapa sayuran saja seperti caisim, pakchoy dan petsay.
Sedangkan untuk media kerikil hampir semua sayuran seperti selada merah, selada hijau, romaine, endive,
bayam hijau, bayam merah, caisim, siomak, pakchoy.
8. Transportasi
Untuk menunjang kegiatan
transportasi lapangan, ada dua alat angkutan yang digunakan yaitu dua buah
gerobak untuk kegiatan produksi dan mobil box
berpendingin yang digunakan untuk mengangkut sayuran ke supermarket-supermarket.
9. Tempat Pendingin (Cold Storage)
Tempat ini digunakan untuk
menyimpan sayuran yang telah dikemas sebelum proses pengiriman. Hal ini
dilakukan agar kualitas sayuran tetap terjaga.
10. Gudang
Gudang digunakan untuk
menyimpan rockwool, nutrisi dan styrofoam, yang terletak di sebelah
ruang pengemasan.
11.
Ruang Distributor
Ruangan ini digunakan sebagai tempat yang mengatur
pemasukan dan pengeluaran produk yang dihasilkan Parung Farm.
BAB
III
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Teknologi Hidroponik
Hidroponik secara sederhana adalah
mengembangkan tanaman dengan memberikan semua nutrisi yang dibutuhkan tanaman
langsung dalam pemasokan airnya, bukan melalui tanah. Hidroponik berasal dari
kata yunani yaitu hydro dan ponics, yang artinya air yang bekerja
(Karsono, Sudarmojo dan Sutiyoso 2002).
Pada dasarnya yang dibutuhkan
tanaman untuk hidup dan melakukan berbagai proses metabolisme bukan tanah
semata, melainkan juga unsur-unsur hara sehingga tanaman bisa berkembang dan
tumbuh dengan baik. Unsur-unsur hara esensial yang dibutuhkan dapat dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu unsur makro dan unsur mikro. Yang termasuk dalam
unsur makro adalah unsur C, H, N, O, P, K, Ca, Mg, S, sedangkan yang termasuk
unsur mikro antara lain Cl, B, Fe, Mn, Zn, Mo, dan Cu (Gardner et al., 2008).
Media hidroponik akan lebih efisien
untuk menyediakan berbagai unsur-unsur esensial bagi tanaman, karena nutrisi
langsung diberikan dalam bentuk terlarut dalam air. Dengan demikian media
hidoponik lebih baik bagi tanaman dalam hal penyerapan nutrisi, karena tanaman
tidak perlu lagi memperpanjang akarnya masuk ke dalam tanah untuk mencari
nutrisi sebagai keperluan pertumbuhanya. Hasil penelitian yang pernah dilakukan
oleh Soethama dan Sukadana (n.d) menunjukkan bahwa kualitas tanaman dari media
hidroponik lebih baik dibandingkan dari tanaman dengan media tanah.
Dalam hidroponik larutan diserap
secara langsung oleh akar dan kemudian akan diedarkan ke seluruh organ melalui
berkas penganngkut yang terdapat dalam batang. Nutrisi atau mineral ini
bukanlah makanan yang sebenarnya bagi tanaman, melainkan hanya elemen penting (pada
proses metabolisme) untuk menghasilkan glukosa (makanan sebenarnya) yang
dihasilkan selama fotosintesis (Karsono, Sudarmojo dan Sutiyoso 2002).
B.
Metode NFT
Teknik NFT (Nutrient Film Technique) merupakan salah satu teknik yang paling
berhasil dan banyak digunakan karena memiliki efisiensi tinggi pada saat
digunakan dalam penanaman, terutama pada anak semai berumur dua minggu ke atas.
Selain itu lahan tanam untuk teknik NFT tidak mudah rusak dan mudah dibersihkan
(Buyung dan Silalahi, 2012).
Model sistem hidroponik NFT
merupakan sistem hidroponik dengan akar berada dalam sirkulasi atau aliran air
(nutrisi) yang tipis. Sistem NFT tidak memerlukan timer dalam pompa airnya, sebab sistem NFT mempunyai peredaran
larutan nutrisi yang konstan. Menurut Cooper (1972 dalam Suprijadi, Nuraini dan Yusuf., 2009), NFT adalah sebuah sistem yang menggunakan “film” larutan
nutrisi. Film yang dimaksud adalah lapisan tipis setebal 1-3 mm yang dipompa
dan dialirkan melewati akar tanaman secara terus menerus dengan kecepatan
aliran sekitar 1-2 liter per menit. Menurut Buyung dan Silalahi (2012), teknik
NFT merupakan budidaya tanaman secara hidroponik yang meletakkan akar tanaman
pada lapisan air yang dangkal, tersirkulasi dan mengandung nutrisi sesuai
kebutuhan tanaman. Dengan demikian akar tanaman dapat berkembang dalam larutan
nutrisi tersebut.
Larutan nutrisi dipompa ke dalam
tempat penanaman (biasanya berupa pipa)
dan mengaliri akar-akar tanaman, kemudian kembali ke dalam reservoir (bendungan). Biasanya tanaman digantung dalam cairan
nutrisi yang disirkulasikan dengan pompa melewati akar, untuk menjaga aerasi
larutan. Penanaman dilakukan dengan menempatkan semaian secara langsung ke
dalam kubus rockwool di dalam lubang
yang dibuat di saluran pipa, styrofoam,
dan yang lainnya. Sistem NFT sangat tergantung pada listrik, sebab jika listrik
mati maka pompa tidak akan bisa hidup, dan nutrisi tidak bisa mengaliri
akar-akar tanaman, sehingga akar akan terjadi pengeringan dan tanaman akan mati
(Karsono, Sudarmojo dan Sutiyoso 2002).
Teknik NFT ini hanya bisa ditanami
tanaman yang beratnya kecil atau ringan, misalnya tanaman sayur-sayuran daun
sawi, seledri, bayam dan lain-lain (Subiyanto, 2012).
Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
tanaman harus diberikan pupuk cair yang mengandung berbagai elemen esensial
baik makro nutrisi maupun mikro nutrisi.
BAB
IV
BUDIDAYA
TANAMAN SAYUR DENGAN METODE
HIDROPONIK
NFT
(Nutrient Film Technic)
Budidaya tanaman
sayur secara hidroponik dengan teknik NFT di Parung Farm yaitu dilakukan pada
bagian produksi. Sebelum dilakukan proses produksi, terlebih dahulu sarana
pendukung seperti GH (Greenhouse), nutrisi, benih, media tanam, pompa
air (Water pump), bak bedengan untuk proses pembesaran tanaman dan
penyemaian harus disiapkan. Proses budidaya tanaman sayur ini meliputi kegiatan
penyemaian (pembibitan), pembesaran dan pemeliharaan, pemanenan, dan packing.
Gambar
1. Greenhouse PT. Parung Farm
Budidaya tanaman
hidroponik lebih baik dilakukan di dalam grenhouse,
untuk meminimalisir serangan hama seperti serangga dan sebagainya. Syarat utama
tempat budidaya adalah tersedianya pancaran sinar matahari, agar tanaman tetap
bisa melakukan fotosintesis dengan lancar. Selain itu greenhouse berfungsi agar pada saat hujan, air hujan tidak langsung
masuk mencampuri larutan nutrisi.
A.
Pembibitan
Pembibitan adalah kegiatan
penumbuhan bibit dari benih, yang kemudian bibit-bibit ini akan dijadikan
tanaman produksi di dalam greenhouse.
Pembibitan dilakukan di lahan yang terpisah dengan greenhouse yang digunakan untuk pembesaran tanaman.
Pertama dalam melakukan pembibitan,
biji ditanam atau disemai dalam media pecahan batu kecil-kecil yang bawahnya
dilapisi plastik, dan ada yang disemai di rockwool.
Bisa juga yang dengan menggunakan pecahan batu kecil-kecil dilakukan dengan
metode mengaliri air+nutrisi dengan waktu-waktu yang ditentukan. Penyemaian biji
pada pecahan batu kecil-kecil (krikil) biji disebar secara merata. Berbeda pada
penyemaian biji pada rockwool, biji dimasukkan dalam lubang-lubang kecil yang
sudah dibuat di medium rockwool sebanyak
1-2 biji. Kemudian semaian ditumbuhkan di dalam greenhouse, dan disiram
dengan air+nutrisi 2 kali sehari.
Penyemaian dilakukan dengan metode
substrat, yaitu pecahan batu kecil-kecil dengan bagian bawah dilapisi plastik
dan ada juga yang dengan menggunakan rockwool
(bahan berserat seperti spon yang anorganik dan dapat menahan banyak air
juga udara). Penggunaan pecahan batu kecil-kecil pada pembibitan ini berfungsi
agar ketika akan dilakukan pemindahan bibit ke media tanam kira-kira umur 15
hari, saat pencabutan akar tidak banyak yang putus. Jika dilihat dari presentasenya
bibit yang dicabut dari media krikil (pecahan batu kecil-kecil) akar yang masih
melekat pada tanaman adalah sebanyak 95%. Selain itu akar juga kelihatan bersih
sehingga menghemat waktu, tidak perlu membersihkan akar terlebih dahulu saat
akan melakukan pemindahan tanam.
Medium pecahan batu ini juga cukup
menghemat biaya, tidak perlu ganti yang baru walaupun sudah dipakai
berkali-kali. ketika pada medium pecahan batu ini banyak didapati hama atau
gulma, maka cukup dibersihkan saja. Bagian bawah pecahan batu diberi lapisan
plastik sebagai lapisan kedap air yang berfungsi untuk penampung air dan
nutrisi yang dialirkan. Selain itu juga nutrisi yang disiramkan pada bedengan
penyemaian benih tersebut bisa tertampung, sehingga kelembapan akan terjaga. Besarnya
kelembapan yang diperlukan untuk pembibitan ini agar benih dapat tumbuh dengan
baik adalah sekitar 90%. Penyebaran benih dilakukan secara merata dengan jarak
yang tidak terlalu rapat. Hal ini bertujuan meningkatkan pertumbuhan dan
memudahkan bibit yang tumbuh dapat menerima cahaya matahari yang cukup dan
merata (Gambar 2)
Gambar 2.
Penyamaian pada Gambar 3. Penyemaian
di rockwool
pecahan
batu
Pembibitan yang menggunakan media rockwool dilakukan dengan memasukkan 1-2
biji ke dalam lubang-lubang yang telah di buat. Biji yang dimasukkan ke dalam
lubang tidak boleh terlalu banyak, sebab nantinya jika tanaman sudah besar tanaman
akan terus bersaing untuk mencari nutrisi sehingga tanaman sulit berkembang.
Media rockwool ini memiliki kemampuan untuk mempertahankan kelembapan dan
kandungan air hingga beberapa waktu. Juga banyaknya serat di media ini
mengakibatkan air dan udara bisa beredar, sehingga biji mampu tumbuh dan
berkembang dengan baik. Pada bedengan atau tempat penyemaian benih yang tidak
dialiri air secara otomatis, dilakukan penyiraman dua kali dalam satu hari,
agar benih tercukupi kebutuhan air dan nutrisinya (Gambar 3). Pada umumnya
pembibitan dengan metode seperti ini banyak digunakan untuk pada budidaya
berbagai model hidroponik bukan hanya model NFT saja.
Untuk penyemaian benih dari semua
tanaman sayuran ukuran nutrisi yang digunakan lebih sedikit perbandingannya
nutrisinya dengan air dibandingkan dengan saat pembesaran. Pada pembenihan
ukuran perbandingannya yaitu 5 cc nutrisi A dan 5 cc nutrisi B/2 liter air,
sedangkan untuk pembesaran tanaman yaitu 5 cc nutrisi A dan 5 cc nutrisi B/1
liter air, (5 cc = satu tutup botol akua). Hal ini dikarenakan pada saat
pembenihan yang dipakai adalah biji. Di
dalam biji itu sendiri sudah tersedia cadangan makanan sebagai energi untuk
pertumbuhan biji tersebut, maka nutrisi yang diperlukan cukup sedikit saja.
Seperti yang dikatakan oleh Karsono, Sudarmojo dan Sutiyoso (2002), bahwa di
dalam biji sudah tersedia makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan biji
tersebut hingga muncul daunnya, dan setelah tumbuh maka akan berkurang cadangan
makanan tersebut, sehingga tanaman akan lebih banyak lagi membutuhkan nutrisi
dari luar.
Pupuk cair (nutrisi) biasanya
adalah pupuk AB mix yang terdiri dari pupuk paket A dan paket B. Pupuk A
mengandung unsur Ca, yang dalam keadaan pekat tidak boleh dicampur dengan
sulfat dan fosfat yang ada dalam pupuk B. Hal tersebut perlu dihindarkan agar
tidak terjadi proses pengendapan yang mengakibatkan unsur-unsur tersebut tidak
dapat diserap oleh tanaman sehingga diperlukan air untuk mencampurkan kedua
paket pupuk tersebut. Dalam pupuk A umumnya terdapat 3 unsur, yaitu
calsium-amonium-nitrat (5Ca(NO3)2.NH4NO3.10H2O),
kalium-nitrat (KNO3), dan Fe-EDTA. Dalam
pupuk B terdapat 10 unsur, yaitu kalium-di-hidro-fosfat (KH2PO4),
ammonium-sulfat ((NH4)2SO4),
kalium-sulfat (K2SO4),
magnesium-sulfat heptahidrat (MgSO4.7H2O),
mangan-sulfat tetrahidrat (MnSO4.4H2O),
tembaga (kupro)-sulfat pentahidrat (CuSO4.5H2O),
seng-sulfat heptahidrat (ZnSO4.7H2O),
asam borat (H3BO3),
dan ammonium-hepta-molibdat tetrahidrat ((NH4)6No7.4H2O)
(Moekasan dan Prabaningrum, 2011).
Dalam menyediakan nutrisi, pH
merupakan hal penting yang perlu diperhatikan juga. Tanaman hidroponik tumbuh
baik dan subur dalam suasana air yang agak asam, mendekati netral (pH 6--6,5).
Dalam suasana ini tanaman dapat menyerap unsur hara lebih banyak, sehingga
mampu tumbuh dengan pesat daripada disuasana yang terlalu asam ataupun
disuasana terlalu basa (Soeseno, 1997). Pada dasarnya pH itu mempengaruhi
kelarutan nutrisi, dan jika dalam nutrisi ini pH nya normal (sesuai dengan
aturan), maka kelarutannya juga normal, sehingga tanaman akan mudah dalam
mengambil nutrisi.
B.
Sub
Cultur dan Pembesaran pada Sistem NFT
Setelah
bibit berumur 15 hari (semua tanaman sayur), bibit yang sudah tumbuh kemudian
diambil dan persiapkan untuk disub kultur. Bibit yang ditanam dari pecahan batu
kecil-kecil dibungkus dengan rockwool
kemudian di tempatkan dalam wadah bekas agar-agar (jelly). Untuk bibit yang
awalnya disemai di rockwool, bibit
diambil beserta rockwoolnya. yaitu dengan dipotong sedikit bagian rockwool yang ada disekitar tumbuhnya
bibit, untuk disub kultur. Sebelum sub kultur dilakukan, styrofoam dari medium yang sudah dipanen tanamannya dicuci terlebih
dahulu, dan nutrisinya ditambahkan setiap pagi harinya jika berkurang. Kemudian
biasanya bibit yang dari rockwool disub
kultur di media hidroponik NFT, sedang yang dari substrat pecahan batu
kecil-kecil disub kultur ke medium aeroponik..
Pemindahan
atau sub kultur bibit dari medium bibit dilakukan pada saat umur 15 hari. Sebelum disub kultur terlebih dahulu
bibit yang berasal dari krikil/pecahan batu bagian batang bawahnya lapisi
dengan rockwool dan wadah bekas
jelly, lihat (gambar 4). Fungsi dari pelapisan rockwool tersebut adalah untuk tanaman agar tetap berdiri saat
dipindah tanam. Selain itu juga untuk mengaitkan pada dinding lubang styrofoam atau fiber agar tidak jatuh ke bawah ketika ditanam di media aeroponik atau
ditanam pada media NFT. Bibit yang berasal dari medium rockwool dipotong kotak-kotak mengelilingi bibitnya, kemudian
ditanam pada medium NFT, (Gambar 5). Pada penanaman dengan balok rockwool tanaman tidak akan tenggelam
karena pada medium NFT terdapat dasar talang yang berfungsi penyangga tanaman dan
sebagai tempat aliran nutrisi. Penanaman pada produksi tanaman caisim, bayam,
dan selada biasanya dilakukan tidak pada pagi hari, tetapi dilakukan pada siang menjelang sore hari. Hal
ini dikarenakan agar pada awal penanaman, tanaman tidak terlalu lama terkena
paparan panas matahari. Tanaman yang pada saat awal penanaman belum dapat
beradaptasi dengan sempurna sehingga tanaman yang lama terkena paparan sinar
matahari tanaman akan mudah layu.
Gambar 4. bibit siap tanam yang Gambar 5. bibit siap tanam dari Dibungkus wadah
jelly untuk medium Rockwool
ditanam dimedia aeroponik.
Sebelum
penanaman dilakukan ke medium yang sudah dilakukan pemanenan, medium (styrofoam) dicuci terlebih dahulu, agar
kotoran-kotoran yang tersisa dan lumut yang tumbuh di medium hilang dan bersih,
sehingga tidak mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Lumut juga akan
membutuhkan nutrisi dalam pertumbuhannya maka jika banyak lumut dalam media,
tanaman akan kalah bersaing dalam mendapatkan nutrisi untuk tumbuh. Selain
lumut adalah kotoran, jika kotoran yang tersisa dalam medium dibiarkan
kemungkinan akan bisa menyumbat aliran nutrisi sehingga aliran nutrisi akan
terhambat.
Penanaman
dilakukan dengan memasukkan bagian bibit yang terbungkus rockwool ke dalam lubang-lubang yang sudah tersedia dengan jarak
antar lubang ± 12-15 cm. Jarak antar tanaman ini sesuai dengan tanaman yang
ditanam. Jika daun tanaman kecil, jarak antar tanaman bisa diperkecil dan jika
daunnya lebar maka jarak diperbesar/diperluas agar terjaga aerasi udara dan sinar matahari. Menurut
Wachjar dan Anggayuhlin (2013), semakin banyak populasi tanaman maka semakin
sedikit tanaman yang akan tumbuh di areal tersebut disebabkan adanya
persaingan. Tanaman yang ditanam dengan tingkat populasi yang tepat, konsumsi
air dan cahaya dapat dipenuhi sesuai kebutuhan sehingga pertumbuhan dan
produktivitas tanaman akan maksimal.
Penanaman dalam
satu lubang biasanya terdiri dari 2-3 bibit/lubang. Jumlah bibit dalam setiap
lubang tidak boleh terlalu banyak karena akan mempengaruhi pertumbuhan bibit
tersebut. Menurut Wachjar dan Anggayuhlin (2013), semakin banyak jumlah bibit
dalam satu lubang (lebih dari tiga bibit) tanaman semakin sedikit konsumsi
airnya. Hal ini dikarenakan pada lubang tanam dengan bibit yang banyak,
pertumbuhan tanaman terhambat sebab tanaman akan bersaing dalam mendapatkan
nutrisi, sehingga berpengaruh terhadap penyerapan air dan unsur hara.
Tinggi antara styrofoam dari dasar aliran nutrisi yang
diterapkan pada budidaya tanaman sayur di Parung Farm adalah sekitar ± 2 cm.
Hal ini untuk menjaga tanaman agar tetap berdiri, dan tidak hanyut terbawa
aliran nutrisi. Sebab jika jarak ketinggian antara styrofoam dengan dasar aliran nutrisi terlalu besar, maka
kemungkinan tanaman akan tenggelam dan hanyut terbawa aliran nutrisi. Dalam
menanam tanaman di medium NFT diusahakan semua akar masuk ke dalam lubang agar
semua akar terkena air dan nutrisi yang mengalir tipis. Sebab jika akar tidak
terkena aliran nutrisi maka tanaman tidak akan mendapatkan nutrisi dan akan
mati.
Gambar
6. penanaman dimedium NFT
Kemiringan talang
pada NFT yang diterapkan dalam budidaya tanaman sayur di parung ini adalah
sebesar 5%. Menurut Karsono, Sudarmojo dan Sutiyoso (2002), semakin besar
kemiringan maka akan semakin baik perkembangan atau produktivitas tanaman,
karena air mengalir lebih cepat dan akan menghasilkan lebih banyak oksigen
untuk proses metabolisme tanaman. Akan tetapi jika aliran air terlalu cepat
juga tidak terlalu baik, karena akar akan sulit untuk menyerap nutrisi yang
terus mengalir cepat. Kecepatan aliran air yang diterapkan di Parung Farm
adalah 2 liter/menit. Kecepatan aliran nutrisi atau ketebalan aliran nutrisi
bisa diatur dengan menyesuaikan volume nutrisinya, dan bisa juga dengan
mengatur kemiringan media.
Gambar 7.kemiringan medium NFT Gambar 8. pencucian styrofoam
Gambar 9.
penggantian styrofoam Gambar 10. reservoir (bendungan)
nutrisi
Pengontrolan
terhadap kepekatan kandungan unsur hara juga merupakan hal yang sangat penting
dilakukan setiap saat. Larutan unsur hara yang tetap terjaga kandungan haranya harus
memiliki kepekatan sekitar 1,2 – 2,5 ms/cm. Kontrol untuk mengukur kepekatan
cairan nutrisi dapat dilakukan dengan menggunakan EC meter (Electrical
Conductivity) atau secara manual
dengan melihat keadaan fisik dari larutan pupuk (kekentalan larutan). Selain
itu bisa juga dengan melihat keadaan fisik tanaman (tanaman yang kekurangan
nutrisi dapat dilihat dari daun yang mulai menunjukan perubahan warna (agak
kekuning-kuningan) (Karsono, Sudarmojo dan Sutiyoso 2002). Kenaikan pada
larutan EC tidak boleh terlalu drastis karena sangat mempengaruhi metabolisme
tanaman. Pengaruhnya sangat signifikan pada tanaman dewasa. Penurunan EC yang
drastis menyebabkan daun-daunnya menjadi kaku dan sulit tumbuh yang disebabkan
kandungan unsur hara terlarut sangat sedikit. Besarnya kenaikan dan penurunan
EC harus dapat dijaga seminimal mungkin yaitu sebesar 1,2-2,5 ms/cm.
C.
Pemanenan
Panen
dilakukan setiap hari pada waktu pagi mulai dari pukul 07.00 WIB. Sayuran yang
dipanen adalah yang sudah berumur sekitar 27-28 hari untuk kangkung, untuk
bayam sekitar 32-33 hari, dan untuk selada panen dilakukan setelah berumur
sekitar sekitar 44-45 hari dari bibit sampai panen. Panen
dilakukan secara manual dengan cara mencabut tanaman sampai ke akarnya. Pada
tanaman sawi, petsai dan selada pemanenan harus dilakukan secara hati-hati,
karena batang tanaman ini mudah untuk patah.
Gambar 11. panen sawi di NFT Gambar 12.
panen kangkung
Pemanenan
dapat dilakukan secara merata pada satu lembar styrofoam jika
pertumbuhan tanaman baik dan merata. Namun, jika pertumbuhannya tidak merata
maka pemanenan dilakukan dengan cara panen pilih. Tanaman yang layak dipanen
akan dipanen, sedangkan bagi tanaman yang pertumbuhannya belum optimal/rusak
maka dilakukan penanaman ulang/penggantian dengan tanaman baru.
Seperti
yang terlihat dari berbagai penjelasan tentang bercocok tanam dengan metode
hidroponik, khususnya model NFT, maka banyak sekali keuntungannya. Adapun
berbagai keuntungannya antara lain bercocok tanam dengan metode hidroponik bisa
mengatur nutrisi yang dibutuhkan tanaman secara efisien, hasil tanaman bersih
(cocok untuk tanaman sayur), bisa menghemat tenaga, dan khususnya untuk model
NFT lebih mudah diaplikasikan dibanding dengan model yang lainya seperti aeroponic dan DFT.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pada
dasarnya teknik penanaman tanaman secara hidroponik pada model NFT adalah
mengalirkan air dan nutrisi secara tipis pada akar tanaman dengan cara
terus-menerus/kontinyu, dengan cara menetapkan kemiringan media tanam yang
sesuai.
Kelebihan
pada model NFT ini diantaranya, nutrisi yang dialirkan pada akar tanaman
tersebar secara merata, relatif mudah diaplikasikan dibanding dengan model yang
lain dan tidak memerlukan timer.
Kekurangan model NFT adalah harus memerlukan greenhouse dan listrik. Jika listrik mati dalam waktu 12 jam atau
lebih, maka tanaman bisa mengalami kematian. Selain itu, resiko pada semua
model hidroponik adalah tanaman mudah patah.
B.
Saran
Berdasarkan
permasalahan yang terlihat bahwa sistem NFT sangat tergantung pada listrik, greenhouse dan butuh keahlian khusus.
Jadi jika ingin melakukan budidaya dengan kapasitas yang lebih besar diusahakan
untuk memiliki diesel atau sumber listrik yang lainya jika belum punya, serta
perlu dilakukan lagi penelitian yang terkait dengan kekuatan tanaman agar tidak
mudah patah, misalkan dengan cara menambahkan unsur-unsur tertentu yang bisa
membuat tanaman menjadi kuat ke dalam larutan nutrisi, misalnya unsur Ca.
DAFTAR PUSTAKA
Buyung,
I., dan Silalahi, M. H. (2012). Automatic Watering Plant Berbasis Mikrokontroler
AT89C51. Prosiding Seminar Nasional
Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III.
Gardner,
F. P., Pearce, R. B., & Mitchell, R. L. (2008). Fisiologi Tanaman Budidaya (H. Suisilo., & subiyanto, Terj.). UI-Press:
Jakarta. (karya asli dipublikasikan 1985).
Karsono,
S., Sudarmojo., dan Y, sutiyoso. (2002). Hidroponik Skala Rumah Tangga.
Jakarta: PT. Agro Media. Exploring Classroom Hydroponics. Modul materi
pelatihan hidroponik. 29 hal.
Moekasan,
T. K., dan Prabaningrum, L. (2011). Program
Komputer Meramu Pupuk Hidroponik AB Mix Untuk Tanaman Paprika. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Jakarta. 20 hal.
Soeseno,
S. (1999). Bisnis Sayuran Hidroponik.
PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Soethama,
I. K. W., dan Sukadana, M., (n.d). Pengaruh Media Tanam Terhadap Pertumbuhan
Serta Produktivitas Sayuran Dalam Budidaya Hidroponik. Teknologi Usahatani Sayuran Pinggiran Perkotaan. 65-72.
Suprijadi, Nuraini, N., dan Yusuf,
M. (2009). Sistem Kontrol Nutrisi Hidroponik dengan Menggunakan Logika Fuzzy
(Electronic Version). J.Oto.Ktrl.Inst
(J.Auto.Ctrl.Inst) 1 (1), 31-35.
Susila, A. D., dan Yuni, K. (2004).
Pengaruh volume dan jenis media tanam pada pertumbuhan dan hasil tanaman selada
(Lactuca sativa) dalam teknologi hidroponik sistem terapung (Electronic
Version). Bul. Argon. 32 (3), 16-21.
Wachjar, A., dan Anggayuhlin, R. (2013). Peningkatan
Produktivitas dan Efisiensi Konsumsi Air Tanaman Bayam (Amaranthus tricolor L.) pada Teknik Hidroponik melalui Pengaturan
Populasi Tanaman (Electronic Version). Bul
Argohorti 1 (1), 127-134.
LAMPIRAN