Monday 21 October 2013

Laporan PKL


LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN

BUDIDAYA TANAMAN SAYUR DENGAN METODE HIDROPONIK NFT (Nutrient Film Technic) DI PARUNG FARM – BOGOR

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktek Kerja Lapangan

logo-uin-suka-baru-warna.jpg

Disusun Oleh:
Ahmad Solihin
(10640044)
PROGRAM STUDI  BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI  SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
TAHUN 2013
IMG_0004.jpg
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, atas limpahan nikmat dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL), serta dapat menyelesaikan laporan ini. laporan ini berisi tentang teknik pertanian secara hidroponik (budidaya tanaman tanpa menggunakan tanah) yang khususnya pada model hidroponik NFT.
Atas dukungan dari berbagai pihak yang telah mendukung tercapainya kegiatan praktik kerja lapangan serta terselesaikannya laporan ini, penulis mengucpakan terimakasih kepada:
1.      kedua orang tua atas bantuan do’a dan materi,
2.      Ibu Anti Damayanti H., S.Si., MmolBio selaku dosen pembimbing akademik,
3.      Kepada bapak sarmin selaku pembimbing lapangan,
4.      Bapak Drs. Soebagyo karsono sebagai pemilik PT. Parung Farm atas diijinkannya untuk melakukan kegiatan PKL di Parung Farm,
5.      Bapak Ir. Soedibyo karsono dan Bapak Agus Sunaryanto yang telah memberikan wawasan tentang hidroponik,
6.      Teman-teman PKL, yang bersedia membantu dalam kegiatan PKL,
7.      Kepada seluruh Staf dan Karyawan Parung Farm, serta seluruh pihak yang ikut serta membantu kegiatan PKL dan penyelesain laporan ini.
Semoga Allah SWT berkenan membalas amal kebaikan oleh pihak-pihak yang telah bersedia membantu penulis. Penulis menyadari bahwa mungkin laporan PKL ini masih banyak kekurangan dan belum sempurna, maka penulis menghaturkan maaf yang sebesar-besarnya. Selain itu, kritik dan saran sangat diperlukan untuk perbaikan penulisan selanjutnya, dan akrirnya semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis.


Yogyakarta, 21 Juli 2013
                                               
                                               
                                                Penulis


DAFTAR ISI
                         Halaman
HALAMAN PENGESAHAN.. ii
DAFTAR ISI. v
BAB I PENDAHULUAN.. 1
A. Latar Belakang. 1
A. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan Parung Farm............................... 4
LAMPIRAN.. 28
A.    Penilaian Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan  ................................ 28
B.     Jurnal Kegiatan Praktek Kerja Lapangan............................................ 29
C.     Form Bimbingan Praktek Kerja Lapangan.......................................... 31
D.    Ramuan Pupuk Hidroponik................................................................. 33
E.     Nilai pH Untuk Tanaman Hidroponik................................................. 34


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Dewasa ini semakin meningkatnya pembangunan-pembangunan yang dilakukan oleh berbagai pihak menyebabkan semakin kurangnya lahan untuk melakukan kegiatan bercocok tanam. Dari hal tersebut maka metode tanam hidroponik merupakan solusi yang tepat untuk media bercocok tanam. Hidroponik merupakan salah satu metode modern yang dijalankan dalam bidang pertanian dan perkebunan. Metode ini memberikan terobosan baru dalam bercocok tanam, karena metode hidroponik tidak menggunakan tanah sebagai medianya. Selain itu, teknik hidroponik cukup efisien dalam mensuplai kebutuhan nutrisi tanaman sehingga tanaman akan cepat tumbuh dan berkembang tanpa mengalami kesulitan untuk mendapatkan nutrisi.
Penggunaan teknik budidaya tanaman secara hidroponik memiliki berbagai keuntungan. Beberapa keuntungan yang diperoleh dari penggunaan teknik ini adalah mengeliminasi serangan hama, cendawan, dan penyakit asal tanah sehingga dapat meniadakan penggunaan pestisida, mengurangi penggunaan areal tanam yang luas, meningkatkan hasil panen serta menekan biaya produksi yang tinggi. Selain itu, teknik hidroponik dapat mempercepat waktu panen, penggunaan air dan unsur hara yang terukur, kualitas, kuantitas dan kontinuitas hasil yang terjamin.
Semua keuntungan yang diperoleh melalui teknik budidaya hidroponik sangat ditentukan oleh kandungan unsur hara makro maupun mikro. Bertanam dengan teknik hidroponik akan memudahkan para petani dalam mengatur kebutuhan unsur hara yang diperlukan suatu tanaman secara langsung.
Teknik NFT merupakan salah satu jenis model dari bercocok tanam secara hidroponik. Pada dasarnya model NFT lebih mudah diaplikasikan dan tidak terlalu rumit jika dibandingkan dengan teknik aeroponik dan DFT. Metode penanaman yaitu menempatkan akar dalam sirkulasi atau aliran air (nutrisi) yang tipis. Menurut Morgan (2000 dalam Susila dan Yuni, 2008) untuk menjaga aerasi yang baik (kebutuhan oksigen) pada perakaran, maka lapisan akar yang harus terendam dalam larutan hara hanya sedikit.
Parung Farm adalah salah satu dari beberapa perusahaan yang bergerak dalam pertanian yang mengaplikasikan metode hidroponik. Berbagai jenis atau model hidroponik, yang diterapkan dalam produksi sayuran di perusahaan ini yaitu sistem substrat, aeroponic, dan sistem NFT. Sistem-sistem tersebut digunakan dengan cara yang sederhana, tetapi ini merupakan langkah yang baik untuk menuju pertanian yang lebih efisien dan efektif dengan memanfaatkan teknologi yang ada.
B.       Tujuan
1.      Untuk mengetahui tentang teknik bercocok tanam dengan metode hidroponik model NFT
2.      Mengetahui kelebihan dan kelemahan budidaya tanaman dengan sistem hidroponik model NFT
C.       Waktu dan Tempat Praktek Kerja Lapangan
Praktek Kerja lapang (PKL) ini dilakukan di Perusahaan Hidroponik Parung Farm Desa Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. PKL ini dimulai sejak tanggal 06 Juli hingga Tanggal  22 juli 2013.


BAB II
GAMBARAN UMUM INSTITUSI

A.      Sejarah dan Perkembangan Perusahaan Parung Farm
Parung Farm didirikan pada akhir tahun 1998 oleh Bapak Drs. Soebagyo Karsono dan kakaknya Bapak Ir. Soedibiyo Karsono.  Mereka mempunyai hobi tentang elekronika, maka dibuatlah oleh mereka peralatan-peralatan hidroponik. Kebun Hidroponik yang baru didirikan itu kemudian dipercayakan kepada Ir. Haryadi sebagai ketua dan Agung Wahyudi sebagai wakilnya. Awalnya Parung Farm didirikan dengan nama PT. Kebun Sayur Segar yang hanya bergerak di bidang hidroponik sayuran, baik sayuran daun maupun sayuran buah. Pada tahun 2000, kebun hidroponik mengembangkan usahanya untuk mengusahakan tanaman hias, yaitu anggrek, sehingga pada awal tahun 2001 perusahaan tersebut berubah nama menjadi Parung Farm.
Perusahaan ini bergerak di bidang pelatihan dan produksi tanaman sayuran, hidroponik buah, aeroponik dan kultur jaringan untuk budidaya anggrek. Usaha ini dimulai dari penelitian dan uji coba penanaman tanaman secara hidroponik yang cocok dikembangkan di daerah parung. Penanamannya dilakukan di dalam greenhouse yang dibuat dengan sederhana. Greenhouse ditanami tanaman mentimun jepang varietas Spring swallow, melon varietas eagle, paprika varietas Spartacus dan tanaman tomat varietas recent. Dikarenakan suhu yang kurang mendukung, produksi tanaman tersebut dilakukan di daerah Sukabumi, sedangkan tanaman yang diproduksi di Parung meliputi tanaman bayam, kangkung, petsai dan caisim (sawi).
Pelatihan budidaya tanaman hidroponik dilakukan setiap hari Sabtu dan Minggu jika ada. Pelatihan ini ditujukan bagi karyawan swasta, pegawai negeri dan pelajar dengan tema yang berbeda ditiap pertemuannya. Selain itu, Parung Farm juga membuka konsultasi di bidang pertanian. Seiring bertambahnya waktu yang banyak diminati oleh masyarakat adalah budidaya hidroponik sayuran dan budidaya anggrek. Maka dari itu hidroponik sayuran dan budidaya anggrek lebih dikembangkan.
B.       Struktur Organisasi
Parung Farm merupakan perusahaan milik pribadi sehingga dipimpin oleh pemiliknya, yang juga berstatus sebagai direktur perusahaan. Direktur bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan. Struktur organisasi Parung Farm terdiri atas direktur utama Kebun Sayur Segar (KSS), direktur utama Kebun Anggrek Parung (KAP), serta direktur utama Pengembangan, Pendidikan dan Pelatihan (BANGDIKLAT).
Kebun Sayur Segar (KSS) dipimpin oleh direktur utama yang membawahi manajer produksi, manajer pemasaran, bagian administrasi dan keuangan. Manajer produksi bertugas untuk mengawasi dan menangani produksi sayuran, manajer pamasaran bertugas menangani pendistribusian sayuran ke supermarket-supermarket. Bagian administrasi dan keungan bertugas untuk menangani keuangan perusahaan dan pemberian gaji karyawan. Divisi Pengembangan, Pendidikan dan Pelatihan memiliki tugas untuk memberikan pengetahuan tentang hidroponik dan sekaligus mengadakan pelatihan hidroponik untuk pelajar, mahasiswa, dan masyarakat umum.
PIMPINAN
 
 
 





Sumber: Parung Farm
C.       Kegiatan – Kegiatan Parung Farm
Kegiatan yang dilakukan di Parung Farm antara lain :
1.    Mengembangkan budidaya sayuran dan anggrek dengan sistem hidroponik.
2.    Menyelenggarakan kegiatan pelatihan, penelitian dan penyuluhan mengenai kultur jaringan anggrek dan hidroponik sayuran.
3.    Mengikuti kegiatan pameran untuk lebih memperkenalkan program usaha dengan sistem hidroponik dan juga untuk memasarkan hasil.
4.    Mengembangkan sistem hidroponik yang digunakan di Kebun Sayur Segar Parung Farm antara lain hidroponik substrat, NFT (Nutrient Film Technic), aeroponik, Deep pond floating raft (sistem rakit apung), Sifon Top Feeding (pengucuran dari atas), DFT (Deep and Flow Technic), sistem pasang surut serta budidaya anggrek.
D.      Sarana dan Pra Sarana
Kebun hidroponik parung farm memiliki lahan seluas 3,8 Ha, adapun sarana dan pra sarana yang dimiliki yaitu:
1.    Greenhouse
Parung farm memiliki 7 greenhouse terdiri dari 6 greenhouse pertanaman dan 1 greenhouse percobaan. Tiap greenhouse terdiri atas bed (bedengan) yang terbuat dari beton dan bambu untuk penanaman dengan jarak antar bed 50 cm. Ukuran bed adalah 2 m x 8 m, dengan jumlah bed pada masing-masing greenhouse tidak sama. Adapun tanaman sayur yang dibudidayakan yaitu selada merah, selada hijau, romaine, endive, bayam hijau, bayam merah, caisim, siomak, pakchoy dan  kangkung.
2.    Pendopo
Pendopo merupakan tempat untuk mengajar dan mengadakan pelatihan hidroponik. Pendopo berada di tengah-tengah kebun Parung. Luas bangunan ini sekitar 150 m². Sarana pendukung yang terdapat di pendopo adalah whiteboard, megaphone, dan alat peraga hidroponik.
3. Kantor
Kantor terdiri atas dua bagian, yaitu kantor administrasi dan kantor diklat. Letak kedua kantor ini bersebelahan dengan luas total sekitar 150 m². Kantor administrasi digunakan untuk menangani produksi dan pemasaran, sedangkan kantor diklat digunakan untuk pelatihan. Selain itu juga terdapat ruang meeting yang berdekatan dengan tempat parkir motor dan cold storage.
4. Tempat Pengemasan
Tempat pengemasan terletak di bagian depan, hal ini ditujukan agar produk sayuran yang telah dikemas mudah diangkut ke mobil pengangkut. Luas tempat pengemasan sekitar 50 m². Yang terdiri dari tempat penyortiran sayur, pencucian, penimbangan dan pengemasan.
5. Kebun Anggrek
Luas kebun anggrek sekitar 400 m². Lokasi ini digunakan untuk budidaya anggrek dan tanaman hias lain. Jenis anggrek yang dibudidayakan yaitu Dendrobium, Vanda, Oncidium, dan Phalaenopsis. Selain anggrek, parung farm pun menyediakan aneka tanaman buah seperti jambu batu, jambu air, jeruk, sawo, nangka, durian dan sebagainya.
6. Asrama
Asrama terletak di bagian belakang kebun. Luas asrama sekitar 160 m². Asrama diperuntukkan bagi karyawan, terutama karyawan tetap yang sudah lama bekerja di Parung Farm.
7. Tempat Pembenihan dan Penyemaian
Tempat pembenihan berfungsi untuk memasukkan benih ke dalam rockwool dan pembungkusan bibit tanaman dengan rockwool. Selain itu di tempat ini juga terdapat kolam yang digunakan untuk pencucian kangkung hasil panen. Tempat penyemaian terdiri dari dua tempat yaitu tempat penyemaian dengan media rockwool dan media kerikil. Tempat penyemaian dengan media rockwool hanya terdiri dari beberapa sayuran saja seperti caisim, pakchoy dan petsay. Sedangkan untuk media kerikil hampir semua sayuran seperti  selada merah, selada hijau, romaine, endive, bayam hijau, bayam merah, caisim, siomak, pakchoy.
8. Transportasi
Untuk menunjang kegiatan transportasi lapangan, ada dua alat angkutan yang digunakan yaitu dua buah gerobak untuk kegiatan produksi dan mobil box berpendingin yang digunakan untuk mengangkut sayuran ke supermarket-supermarket.
9. Tempat Pendingin (Cold Storage)
Tempat ini digunakan untuk menyimpan sayuran yang telah dikemas sebelum proses pengiriman. Hal ini dilakukan agar kualitas sayuran tetap terjaga.
10. Gudang
Gudang digunakan untuk menyimpan rockwool, nutrisi dan styrofoam, yang terletak di sebelah ruang pengemasan.
11. Ruang Distributor
Ruangan ini digunakan sebagai tempat yang mengatur pemasukan dan pengeluaran produk yang dihasilkan Parung Farm.


BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A.      Teknologi Hidroponik
Hidroponik secara sederhana adalah mengembangkan tanaman dengan memberikan semua nutrisi yang dibutuhkan tanaman langsung dalam pemasokan airnya, bukan melalui tanah. Hidroponik berasal dari kata yunani yaitu hydro dan ponics, yang artinya air yang bekerja (Karsono, Sudarmojo dan Sutiyoso 2002).
Pada dasarnya yang dibutuhkan tanaman untuk hidup dan melakukan berbagai proses metabolisme bukan tanah semata, melainkan juga unsur-unsur hara sehingga tanaman bisa berkembang dan tumbuh dengan baik. Unsur-unsur hara esensial yang dibutuhkan dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu unsur makro dan unsur mikro. Yang termasuk dalam unsur makro adalah unsur C, H, N, O, P, K, Ca, Mg, S, sedangkan yang termasuk unsur mikro antara lain Cl, B, Fe, Mn, Zn, Mo, dan Cu (Gardner et al., 2008).
Media hidroponik akan lebih efisien untuk menyediakan berbagai unsur-unsur esensial bagi tanaman, karena nutrisi langsung diberikan dalam bentuk terlarut dalam air. Dengan demikian media hidoponik lebih baik bagi tanaman dalam hal penyerapan nutrisi, karena tanaman tidak perlu lagi memperpanjang akarnya masuk ke dalam tanah untuk mencari nutrisi sebagai keperluan pertumbuhanya. Hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Soethama dan Sukadana (n.d) menunjukkan bahwa kualitas tanaman dari media hidroponik lebih baik dibandingkan dari tanaman dengan media tanah.
Dalam hidroponik larutan diserap secara langsung oleh akar dan kemudian akan diedarkan ke seluruh organ melalui berkas penganngkut yang terdapat dalam batang. Nutrisi atau mineral ini bukanlah makanan yang sebenarnya bagi tanaman, melainkan hanya elemen penting (pada proses metabolisme) untuk menghasilkan glukosa (makanan sebenarnya) yang dihasilkan selama fotosintesis (Karsono, Sudarmojo dan Sutiyoso 2002).
B.     Metode NFT
Teknik NFT (Nutrient Film Technique) merupakan salah satu teknik yang paling berhasil dan banyak digunakan karena memiliki efisiensi tinggi pada saat digunakan dalam penanaman, terutama pada anak semai berumur dua minggu ke atas. Selain itu lahan tanam untuk teknik NFT tidak mudah rusak dan mudah dibersihkan (Buyung dan Silalahi, 2012).
Model sistem hidroponik NFT merupakan sistem hidroponik dengan akar berada dalam sirkulasi atau aliran air (nutrisi) yang tipis. Sistem NFT tidak memerlukan timer dalam pompa airnya, sebab sistem NFT mempunyai peredaran larutan nutrisi yang konstan. Menurut Cooper (1972 dalam Suprijadi, Nuraini dan Yusuf., 2009), NFT adalah sebuah sistem yang menggunakan “film” larutan nutrisi. Film yang dimaksud adalah lapisan tipis setebal 1-3 mm yang dipompa dan dialirkan melewati akar tanaman secara terus menerus dengan kecepatan aliran sekitar 1-2 liter per menit. Menurut Buyung dan Silalahi (2012), teknik NFT merupakan budidaya tanaman secara hidroponik yang meletakkan akar tanaman pada lapisan air yang dangkal, tersirkulasi dan mengandung nutrisi sesuai kebutuhan tanaman. Dengan demikian akar tanaman dapat berkembang dalam larutan nutrisi tersebut.
Larutan nutrisi dipompa ke dalam tempat penanaman  (biasanya berupa pipa) dan mengaliri akar-akar tanaman, kemudian kembali ke dalam reservoir (bendungan). Biasanya tanaman digantung dalam cairan nutrisi yang disirkulasikan dengan pompa melewati akar, untuk menjaga aerasi larutan. Penanaman dilakukan dengan menempatkan semaian secara langsung ke dalam kubus rockwool di dalam lubang yang dibuat di saluran pipa, styrofoam, dan yang lainnya. Sistem NFT sangat tergantung pada listrik, sebab jika listrik mati maka pompa tidak akan bisa hidup, dan nutrisi tidak bisa mengaliri akar-akar tanaman, sehingga akar akan terjadi pengeringan dan tanaman akan mati (Karsono, Sudarmojo dan Sutiyoso 2002).
Teknik NFT ini hanya bisa ditanami tanaman yang beratnya kecil atau ringan, misalnya tanaman sayur-sayuran daun sawi, seledri, bayam dan lain-lain (Subiyanto, 2012).
Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman harus diberikan pupuk cair yang mengandung berbagai elemen esensial baik makro nutrisi maupun mikro nutrisi.


BAB IV
BUDIDAYA TANAMAN SAYUR DENGAN METODE
HIDROPONIK NFT (Nutrient Film Technic)

Budidaya tanaman sayur secara hidroponik dengan teknik NFT di Parung Farm yaitu dilakukan pada bagian produksi. Sebelum dilakukan proses produksi, terlebih dahulu sarana pendukung seperti GH (Greenhouse), nutrisi, benih, media tanam, pompa air (Water pump), bak bedengan untuk proses pembesaran tanaman dan penyemaian harus disiapkan. Proses budidaya tanaman sayur ini meliputi kegiatan penyemaian (pembibitan), pembesaran dan pemeliharaan, pemanenan, dan packing.

CIMG7782.JPG
Gambar 1. Greenhouse PT. Parung Farm

Budidaya tanaman hidroponik lebih baik dilakukan di dalam grenhouse, untuk meminimalisir serangan hama seperti serangga dan sebagainya. Syarat utama tempat budidaya adalah tersedianya pancaran sinar matahari, agar tanaman tetap bisa melakukan fotosintesis dengan lancar. Selain itu greenhouse berfungsi agar pada saat hujan, air hujan tidak langsung masuk mencampuri larutan nutrisi.
A.      Pembibitan
Pembibitan adalah kegiatan penumbuhan bibit dari benih, yang kemudian bibit-bibit ini akan dijadikan tanaman produksi di dalam greenhouse. Pembibitan dilakukan di lahan yang terpisah dengan greenhouse yang digunakan untuk pembesaran tanaman.
Pertama dalam melakukan pembibitan, biji ditanam atau disemai dalam media pecahan batu kecil-kecil yang bawahnya dilapisi plastik, dan ada yang disemai di rockwool. Bisa juga yang dengan menggunakan pecahan batu kecil-kecil dilakukan dengan metode mengaliri air+nutrisi dengan waktu-waktu yang ditentukan. Penyemaian biji pada pecahan batu kecil-kecil (krikil) biji disebar secara merata. Berbeda pada penyemaian biji pada rockwool, biji  dimasukkan dalam lubang-lubang kecil yang sudah dibuat di medium rockwool sebanyak 1-2 biji. Kemudian semaian ditumbuhkan di dalam greenhouse, dan disiram dengan air+nutrisi 2 kali sehari.
Penyemaian dilakukan dengan metode substrat, yaitu pecahan batu kecil-kecil dengan bagian bawah dilapisi plastik dan ada juga yang dengan menggunakan rockwool (bahan berserat seperti spon yang anorganik dan dapat menahan banyak air juga udara). Penggunaan pecahan batu kecil-kecil pada pembibitan ini berfungsi agar ketika akan dilakukan pemindahan bibit ke media tanam kira-kira umur 15 hari, saat pencabutan akar tidak banyak yang putus. Jika dilihat dari presentasenya bibit yang dicabut dari media krikil (pecahan batu kecil-kecil) akar yang masih melekat pada tanaman adalah sebanyak 95%. Selain itu akar juga kelihatan bersih sehingga menghemat waktu, tidak perlu membersihkan akar terlebih dahulu saat akan melakukan pemindahan tanam.
Medium pecahan batu ini juga cukup menghemat biaya, tidak perlu ganti yang baru walaupun sudah dipakai berkali-kali. ketika pada medium pecahan batu ini banyak didapati hama atau gulma, maka cukup dibersihkan saja. Bagian bawah pecahan batu diberi lapisan plastik sebagai lapisan kedap air yang berfungsi untuk penampung air dan nutrisi yang dialirkan. Selain itu juga nutrisi yang disiramkan pada bedengan penyemaian benih tersebut bisa tertampung, sehingga kelembapan akan terjaga. Besarnya kelembapan yang diperlukan untuk pembibitan ini agar benih dapat tumbuh dengan baik adalah sekitar 90%. Penyebaran benih dilakukan secara merata dengan jarak yang tidak terlalu rapat. Hal ini bertujuan meningkatkan pertumbuhan dan memudahkan bibit yang tumbuh dapat menerima cahaya matahari yang cukup dan merata (Gambar 2)

CIMG7698.JPG                CIMG7772.JPG
Gambar 2. Penyamaian pada       Gambar 3. Penyemaian di rockwool
pecahan batu       
Pembibitan yang menggunakan media rockwool dilakukan dengan memasukkan 1-2 biji ke dalam lubang-lubang yang telah di buat. Biji yang dimasukkan ke dalam lubang tidak boleh terlalu banyak, sebab nantinya jika tanaman sudah besar tanaman akan terus bersaing untuk mencari nutrisi sehingga tanaman sulit berkembang.
Media rockwool ini memiliki kemampuan untuk mempertahankan kelembapan dan kandungan air hingga beberapa waktu. Juga banyaknya serat di media ini mengakibatkan air dan udara bisa beredar, sehingga biji mampu tumbuh dan berkembang dengan baik. Pada bedengan atau tempat penyemaian benih yang tidak dialiri air secara otomatis, dilakukan penyiraman dua kali dalam satu hari, agar benih tercukupi kebutuhan air dan nutrisinya (Gambar 3). Pada umumnya pembibitan dengan metode seperti ini banyak digunakan untuk pada budidaya berbagai model hidroponik bukan hanya model NFT saja.
Untuk penyemaian benih dari semua tanaman sayuran ukuran nutrisi yang digunakan lebih sedikit perbandingannya nutrisinya dengan air dibandingkan dengan saat pembesaran. Pada pembenihan ukuran perbandingannya yaitu 5 cc nutrisi A dan 5 cc nutrisi B/2 liter air, sedangkan untuk pembesaran tanaman yaitu 5 cc nutrisi A dan 5 cc nutrisi B/1 liter air, (5 cc = satu tutup botol akua). Hal ini dikarenakan pada saat pembenihan yang dipakai adalah biji.  Di dalam biji itu sendiri sudah tersedia cadangan makanan sebagai energi untuk pertumbuhan biji tersebut, maka nutrisi yang diperlukan cukup sedikit saja. Seperti yang dikatakan oleh Karsono, Sudarmojo dan Sutiyoso (2002), bahwa di dalam biji sudah tersedia makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan biji tersebut hingga muncul daunnya, dan setelah tumbuh maka akan berkurang cadangan makanan tersebut, sehingga tanaman akan lebih banyak lagi membutuhkan nutrisi dari luar.
Pupuk cair (nutrisi) biasanya adalah pupuk AB mix yang terdiri dari pupuk paket A dan paket B. Pupuk A mengandung unsur Ca, yang dalam keadaan pekat tidak boleh dicampur dengan sulfat dan fosfat yang ada dalam pupuk B. Hal tersebut perlu dihindarkan agar tidak terjadi proses pengendapan yang mengakibatkan unsur-unsur tersebut tidak dapat diserap oleh tanaman sehingga diperlukan air untuk mencampurkan kedua paket pupuk tersebut. Dalam pupuk A umumnya terdapat 3 unsur, yaitu calsium-amonium-nitrat (5Ca(NO3)2.NH4NO3.10H2O), kalium-nitrat (KNO3), dan Fe-EDTA. Dalam pupuk B terdapat 10 unsur, yaitu kalium-di-hidro-fosfat (KH2PO4), ammonium-sulfat ((NH4)2SO4), kalium-sulfat (K2SO4), magnesium-sulfat heptahidrat (MgSO4.7H2O), mangan-sulfat tetrahidrat (MnSO4.4H2O), tembaga (kupro)-sulfat pentahidrat (CuSO4.5H2O), seng-sulfat heptahidrat (ZnSO4.7H2O), asam borat (H3BO3), dan ammonium-hepta-molibdat tetrahidrat ((NH4)6No7.4H2O) (Moekasan dan Prabaningrum, 2011).
Dalam menyediakan nutrisi, pH merupakan hal penting yang perlu diperhatikan juga. Tanaman hidroponik tumbuh baik dan subur dalam suasana air yang agak asam, mendekati netral (pH 6--6,5). Dalam suasana ini tanaman dapat menyerap unsur hara lebih banyak, sehingga mampu tumbuh dengan pesat daripada disuasana yang terlalu asam ataupun disuasana terlalu basa (Soeseno, 1997). Pada dasarnya pH itu mempengaruhi kelarutan nutrisi, dan jika dalam nutrisi ini pH nya normal (sesuai dengan aturan), maka kelarutannya juga normal, sehingga tanaman akan mudah dalam mengambil nutrisi.
B.     Sub Cultur dan Pembesaran pada Sistem NFT
Setelah bibit berumur 15 hari (semua tanaman sayur), bibit yang sudah tumbuh kemudian diambil dan persiapkan untuk disub kultur. Bibit yang ditanam dari pecahan batu kecil-kecil dibungkus dengan rockwool kemudian di tempatkan dalam wadah bekas agar-agar (jelly). Untuk bibit yang awalnya disemai di rockwool, bibit diambil beserta rockwoolnya. yaitu dengan dipotong sedikit bagian rockwool yang ada disekitar tumbuhnya bibit, untuk disub kultur. Sebelum sub kultur dilakukan, styrofoam dari medium yang sudah dipanen tanamannya dicuci terlebih dahulu, dan nutrisinya ditambahkan setiap pagi harinya jika berkurang. Kemudian biasanya bibit yang dari rockwool disub kultur di media hidroponik NFT, sedang yang dari substrat pecahan batu kecil-kecil disub kultur ke medium aeroponik..
Pemindahan atau sub kultur bibit dari medium bibit dilakukan pada saat umur  15 hari. Sebelum disub kultur terlebih dahulu bibit yang berasal dari krikil/pecahan batu bagian batang bawahnya lapisi dengan rockwool dan wadah bekas jelly, lihat (gambar 4). Fungsi dari pelapisan rockwool tersebut adalah untuk tanaman agar tetap berdiri saat dipindah tanam. Selain itu juga untuk mengaitkan pada dinding lubang styrofoam atau fiber agar tidak jatuh ke bawah ketika ditanam di media aeroponik atau ditanam pada media NFT. Bibit yang berasal dari medium rockwool dipotong kotak-kotak mengelilingi bibitnya, kemudian ditanam pada medium NFT, (Gambar 5). Pada penanaman dengan balok rockwool tanaman tidak akan tenggelam karena pada medium NFT terdapat dasar talang yang berfungsi penyangga tanaman dan sebagai tempat aliran nutrisi. Penanaman pada produksi tanaman caisim, bayam, dan selada biasanya dilakukan tidak pada pagi hari, tetapi  dilakukan pada siang menjelang sore hari. Hal ini dikarenakan agar pada awal penanaman, tanaman tidak terlalu lama terkena paparan panas matahari. Tanaman yang pada saat awal penanaman belum dapat beradaptasi dengan sempurna sehingga tanaman yang lama terkena paparan sinar matahari tanaman akan mudah layu.

CIMG7689.JPG          CIMG7822.JPG
       Gambar 4. bibit siap tanam yang Gambar 5. bibit siap tanam dari Dibungkus wadah jelly untuk               medium Rockwool
ditanam dimedia aeroponik.

Sebelum penanaman dilakukan ke medium yang sudah dilakukan pemanenan, medium (styrofoam) dicuci terlebih dahulu, agar kotoran-kotoran yang tersisa dan lumut yang tumbuh di medium hilang dan bersih, sehingga tidak mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Lumut juga akan membutuhkan nutrisi dalam pertumbuhannya maka jika banyak lumut dalam media, tanaman akan kalah bersaing dalam mendapatkan nutrisi untuk tumbuh. Selain lumut adalah kotoran, jika kotoran yang tersisa dalam medium dibiarkan kemungkinan akan bisa menyumbat aliran nutrisi sehingga aliran nutrisi akan terhambat.
Penanaman dilakukan dengan memasukkan bagian bibit yang terbungkus rockwool ke dalam lubang-lubang yang sudah tersedia dengan jarak antar lubang ± 12-15 cm. Jarak antar tanaman ini sesuai dengan tanaman yang ditanam. Jika daun tanaman kecil, jarak antar tanaman bisa diperkecil dan jika daunnya lebar maka jarak diperbesar/diperluas agar terjaga aerasi udara dan sinar matahari. Menurut Wachjar dan Anggayuhlin (2013), semakin banyak populasi tanaman maka semakin sedikit tanaman yang akan tumbuh di areal tersebut disebabkan adanya persaingan. Tanaman yang ditanam dengan tingkat populasi yang tepat, konsumsi air dan cahaya dapat dipenuhi sesuai kebutuhan sehingga pertumbuhan dan produktivitas tanaman  akan maksimal.
Penanaman dalam satu lubang biasanya terdiri dari 2-3 bibit/lubang. Jumlah bibit dalam setiap lubang tidak boleh terlalu banyak karena akan mempengaruhi pertumbuhan bibit tersebut. Menurut Wachjar dan Anggayuhlin (2013), semakin banyak jumlah bibit dalam satu lubang (lebih dari tiga bibit) tanaman semakin sedikit konsumsi airnya. Hal ini dikarenakan pada lubang tanam dengan bibit yang banyak, pertumbuhan tanaman terhambat sebab tanaman akan bersaing dalam mendapatkan nutrisi, sehingga berpengaruh terhadap penyerapan air dan unsur hara.
Tinggi antara styrofoam dari dasar aliran nutrisi yang diterapkan pada budidaya tanaman sayur di Parung Farm adalah sekitar ± 2 cm. Hal ini untuk menjaga tanaman agar tetap berdiri, dan tidak hanyut terbawa aliran nutrisi. Sebab jika jarak ketinggian antara styrofoam dengan dasar aliran nutrisi terlalu besar, maka kemungkinan tanaman akan tenggelam dan hanyut terbawa aliran nutrisi. Dalam menanam tanaman di medium NFT diusahakan semua akar masuk ke dalam lubang agar semua akar terkena air dan nutrisi yang mengalir tipis. Sebab jika akar tidak terkena aliran nutrisi maka tanaman tidak akan mendapatkan nutrisi dan akan mati.

CIMG7694.JPG
Gambar 6. penanaman dimedium NFT

Kemiringan talang pada NFT yang diterapkan dalam budidaya tanaman sayur di parung ini adalah sebesar 5%. Menurut Karsono, Sudarmojo dan Sutiyoso (2002), semakin besar kemiringan maka akan semakin baik perkembangan atau produktivitas tanaman, karena air mengalir lebih cepat dan akan menghasilkan lebih banyak oksigen untuk proses metabolisme tanaman. Akan tetapi jika aliran air terlalu cepat juga tidak terlalu baik, karena akar akan sulit untuk menyerap nutrisi yang terus mengalir cepat. Kecepatan aliran air yang diterapkan di Parung Farm adalah 2 liter/menit. Kecepatan aliran nutrisi atau ketebalan aliran nutrisi bisa diatur dengan menyesuaikan volume nutrisinya, dan bisa juga dengan mengatur kemiringan media.

CIMG7758.JPG             CIMG7841.JPG
Gambar 7.kemiringan medium NFT        Gambar 8. pencucian styrofoam

CIMG7831.JPG CIMG7803.JPG
Gambar 9. penggantian styrofoam           Gambar 10. reservoir (bendungan) nutrisi

Pengontrolan terhadap kepekatan kandungan unsur hara juga merupakan hal yang sangat penting dilakukan setiap saat. Larutan unsur hara yang tetap terjaga kandungan haranya harus memiliki kepekatan sekitar 1,2 – 2,5 ms/cm. Kontrol untuk mengukur kepekatan cairan nutrisi dapat dilakukan dengan menggunakan EC meter (Electrical Conductivity) atau secara manual dengan melihat keadaan fisik dari larutan pupuk (kekentalan larutan). Selain itu bisa juga dengan melihat keadaan fisik tanaman (tanaman yang kekurangan nutrisi dapat dilihat dari daun yang mulai menunjukan perubahan warna (agak kekuning-kuningan) (Karsono, Sudarmojo dan Sutiyoso 2002). Kenaikan pada larutan EC tidak boleh terlalu drastis karena sangat mempengaruhi metabolisme tanaman. Pengaruhnya sangat signifikan pada tanaman dewasa. Penurunan EC yang drastis menyebabkan daun-daunnya menjadi kaku dan sulit tumbuh yang disebabkan kandungan unsur hara terlarut sangat sedikit. Besarnya kenaikan dan penurunan EC harus dapat dijaga seminimal mungkin yaitu sebesar 1,2-2,5 ms/cm.
C.     Pemanenan
Panen dilakukan setiap hari pada waktu pagi mulai dari pukul 07.00 WIB. Sayuran yang dipanen adalah yang sudah berumur sekitar 27-28 hari untuk kangkung, untuk bayam sekitar 32-33 hari, dan untuk selada panen dilakukan setelah berumur sekitar sekitar 44-45 hari dari bibit sampai panen. Panen dilakukan secara manual dengan cara mencabut tanaman sampai ke akarnya. Pada tanaman sawi, petsai dan selada pemanenan harus dilakukan secara hati-hati, karena batang tanaman ini mudah untuk patah.

CIMG7736.JPG                  CIMG7746.JPG
Gambar 11. panen sawi di NFT   Gambar 12.  panen kangkung

Pemanenan dapat dilakukan secara merata pada satu lembar styrofoam jika pertumbuhan tanaman baik dan merata. Namun, jika pertumbuhannya tidak merata maka pemanenan dilakukan dengan cara panen pilih. Tanaman yang layak dipanen akan dipanen, sedangkan bagi tanaman yang pertumbuhannya belum optimal/rusak maka dilakukan penanaman ulang/penggantian dengan tanaman baru.
Seperti yang terlihat dari berbagai penjelasan tentang bercocok tanam dengan metode hidroponik, khususnya model NFT, maka banyak sekali keuntungannya. Adapun berbagai keuntungannya antara lain bercocok tanam dengan metode hidroponik bisa mengatur nutrisi yang dibutuhkan tanaman secara efisien, hasil tanaman bersih (cocok untuk tanaman sayur), bisa menghemat tenaga, dan khususnya untuk model NFT lebih mudah diaplikasikan dibanding dengan model yang lainya seperti aeroponic dan DFT.


BAB V
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Pada dasarnya teknik penanaman tanaman secara hidroponik pada model NFT adalah mengalirkan air dan nutrisi secara tipis pada akar tanaman dengan cara terus-menerus/kontinyu, dengan cara menetapkan kemiringan media tanam yang sesuai.
Kelebihan pada model NFT ini diantaranya, nutrisi yang dialirkan pada akar tanaman tersebar secara merata, relatif mudah diaplikasikan dibanding dengan model yang lain dan tidak memerlukan timer. Kekurangan model NFT adalah harus memerlukan greenhouse dan listrik. Jika listrik mati dalam waktu 12 jam atau lebih, maka tanaman bisa mengalami kematian. Selain itu, resiko pada semua model hidroponik adalah tanaman mudah patah.
B.       Saran
Berdasarkan permasalahan yang terlihat bahwa sistem NFT sangat tergantung pada listrik, greenhouse dan butuh keahlian khusus. Jadi jika ingin melakukan budidaya dengan kapasitas yang lebih besar diusahakan untuk memiliki diesel atau sumber listrik yang lainya jika belum punya, serta perlu dilakukan lagi penelitian yang terkait dengan kekuatan tanaman agar tidak mudah patah, misalkan dengan cara menambahkan unsur-unsur tertentu yang bisa membuat tanaman menjadi kuat ke dalam larutan nutrisi, misalnya unsur Ca.
DAFTAR PUSTAKA

Buyung, I., dan Silalahi, M. H. (2012). Automatic Watering Plant Berbasis Mikrokontroler AT89C51. Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III.
Gardner, F. P., Pearce, R. B., & Mitchell, R. L. (2008). Fisiologi Tanaman Budidaya (H. Suisilo., & subiyanto, Terj.). UI-Press: Jakarta. (karya asli dipublikasikan 1985).
Karsono, S., Sudarmojo., dan Y, sutiyoso. (2002). Hidroponik Skala Rumah Tangga. Jakarta: PT. Agro Media. Exploring Classroom Hydroponics. Modul materi pelatihan hidroponik. 29 hal.
Moekasan, T. K., dan Prabaningrum, L. (2011). Program Komputer Meramu Pupuk Hidroponik AB Mix Untuk Tanaman Paprika. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Jakarta. 20 hal.
Soeseno, S. (1999). Bisnis Sayuran Hidroponik. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Soethama, I. K. W., dan Sukadana, M., (n.d). Pengaruh Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Serta Produktivitas Sayuran Dalam Budidaya Hidroponik. Teknologi Usahatani Sayuran Pinggiran Perkotaan. 65-72.
Suprijadi, Nuraini, N., dan Yusuf, M. (2009). Sistem Kontrol Nutrisi Hidroponik dengan Menggunakan Logika Fuzzy (Electronic Version). J.Oto.Ktrl.Inst (J.Auto.Ctrl.Inst) 1 (1), 31-35.
Susila, A. D., dan Yuni, K. (2004). Pengaruh volume dan jenis media tanam pada pertumbuhan dan hasil tanaman selada (Lactuca sativa) dalam teknologi hidroponik sistem terapung (Electronic Version). Bul. Argon. 32 (3), 16-21.
Wachjar, A.,  dan Anggayuhlin, R. (2013). Peningkatan Produktivitas dan Efisiensi Konsumsi Air Tanaman Bayam (Amaranthus tricolor L.) pada Teknik Hidroponik melalui Pengaturan Populasi Tanaman (Electronic Version). Bul Argohorti 1 (1), 127-134.



LAMPIRAN
IMG_0001.jpg
IMG_0004.jpg
IMG_0005.jpg
IMG_0002.jpg
IMG_0003.jpg
IMG_0002.jpg
IMG_0003.jpg