Friday, 19 October 2012

PENGARUH PEMBERIAN AIR KELAPA TERHADAP MEDIA HIDROPONIK PADA TANAMAN TOMAT


PENGARUH PEMBERIAN AIR KELAPA TERHADAP MEDIA HIDROPONIK PADA TANAMAN TOMAT
Ahmad solihin (10640044)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dewasa ini lahan-lahan untuk bercocok tanam di Indonesia semakin berkurang dan semakin sempit. Sebagian besar orang berlomba-lomba untuk menjadikan lahan yang asalnya sawah-sawah atau kebun-kebun menjadi beberapa bangunan-bangunan. Ini mengakibatkan semakin sulit untuk mencari lahan sebagai tempat menanam tanaman. Oleh karena itu, Hidroponik adalah media yang tepat untuk menjadi salah satu solusi sebagai tempat penanaman, karena dengan media ini tidak memerlukan tanah lagi sebagai media tanamnya. Hanya saja dibutuhkan bahan dasar air dengan ditambah berbagai nutrisi yang diperlukan tanaman untuk pertumbuhan.
Tanaman yang digunakan sebagai bahan uji coba dalam penelitian ini adalah tanaman tomat, karena tanaman ini selain memiliki bagian bagian yang lengkap seperti batang, daun, bunga, dan buah, juga umurnya relatif tidak lama, sehingga penelitian berlangsung tidak terlalu lama. Selain itu buah tomat memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan masih memerlukan penanganan serius, terutama dalam hal peningkatan hasilnya dan kualitas buahnya. Dengan demikian, dengan menggunakan media hidroponik ini maka peluang untuk meningkatkan produksi buah tomat yang berkualitas baik semakin terbuka, tanpa khawatir akan sempitnya lahan untuk menanam.
Teknik hidroponik ini mulai dikenal sejak abad ke 19, dan hingga kini makin diminati oleh masyarakat-masyarakat tertentu. Kebanyakan para peminat media hidroponik ini adalah dari kalangan masyarakat menengah ke atas, ini dikarenakan bahwa media hidroponik memerlukan biaya yang relatif mahal untuk mengaplikasikanya, misal dalam kebutuhan nutrisinya harus memerlukan biaya mahal, selain itu juga membutuhkan keahlian tertentu (surachman & suyitno. 1996).
Kebutuhan akan nutrisi atau unsur hara murni yang tinggi sebagai media hidroponik, maka memerlukan biaya yang tinggi pula. Untuk menangani hal tersebut dapat  diatasi dengan mengganti unsur hara murni dengan suatu bahan organik tertentu yang harganya relatif murah. Seperti penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya adalah Monique, Y. V (2007) dan Sari, P.Y, dkk (2011) mereka menggunakan air kelapa sebagai bahan untuk nutrisi pertumbuhan akar pada tanaman, dan hasilnya adalah positif, bahwa air kelapa berpengaruh terhadap pertumbuhan akar.
Bahan organik  yang digunakan dalam penelitian ini adalah air kelapa, dari berbagai literatur mengatakan bahwa air kelapa ini banyak mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan. Air kelapa yang dalam kehidupan sehari-hari air kelapa ini jarang untuk dimanfaatkan, terutama pada buah kelapa yang sudah tua, biasanya di pasar-pasar setelah daging buahnya diambil untuk kepentingan memasak, air kelapanya dibuang begitu saja. Dari sinilah penelitian ini dilaksanakan, untuk memanfaatkan air kelapa yang kurang dimanfaatkan tersebut menjadi sumber nutrisi bagi tanaman tomat.
1.2.Rumusan Masalah
a.       Bagaimanakah pengaruh penambahan variasi air kelapa pada media hidroponik terhadap pertumbuhan tanaman tomat?
b.      Pada variasi konsentrasi air kelapa berapakah tanaman tomat dapat tumbuh secara optimal?
1.3. Tujuan
a.       Untuk mengetahui pengaruh penambahan variasi konsentrasi air kelapa terhadap pertumbuhan tanaman tomat.
b.      Untuk mengetahui pada variasi konsentrasi air kelapa berapa tanaman bisa tumbuh dengan optimal.
1.4. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini yang ingin di capai adalah untuk memberikan informasi ilmiah tentang pemanfaatkan air kelapa sebagai penyedia unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman pada media hidroponik yang tidak kalah saingnya dengan pupuk dari bahan-bahan kimia.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hidroponik
Hidroponik berasal dari kata Yunani yaitu hydro yang berarti air dan ponos yang artinya daya. Dalam bahasa yang lebih populer, Hidroponik berarti melakukan budidaya tanaman tanpa menggunakan media tanah. Jadi hidroponik berarti budidaya tanaman yang mamanfaatkan air dan tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam (Subiyanto. 2008).
Pada dasarnya yang dibutuhkan tanaman untuk hidup dan melakukan berbagai proses metabolisme adalah bukan tanah semata, melainkan yang dibutuhkan adalah unsur-unsur hara, sehingga tanaman bisa berkembang dan tumbuh dengan baik. Unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman yang esensial (yang harus dibutuhkan tumbuhan) antara lain dapat dibagi menjadi dua, yaitu unsur makro dan unsur mikro. Yang termasuk dalam unsur makro adalah unsur C, H, N, O, P, K, Ca, Mg, S, sedang yang termasuk unsur mikro antara lain Cl, B, Fe, Mn, Zn, Mo, dan Cu (Gardner, F. P. et al. 2008). Dari hal tersebut maka tidak perlu media tanah sebagai penyedia unsur hara pada tanaman, melainkan dengan media hidroponiklah yang akan bisa lebih efisien untuk menyediakan berbagai unsur-unsur esensial bagi tanaman, dengan cara memberikan nutrisi atau unsur-unsur hara dalam bentuk cair yang dilarutkan dalam air. Dengan demikian media hidoponik lebih baik bagi tanaman dalam hal penyerapan nutrisi, karena tanaman tidak perlu kesulitan lagi dalam memperpanjang akarnya menembus tanah-tanah untuk mencari nutrisi sebagai keperluan pertumbuhanya. Dari hasil penelitian-penelitian yang pernah dilakukan juga menunjukkan bahwa kualitas tanaman dari media hidroponik lebih baik dibandingkan dari tanaman dengan media tanah.
Ada berbagai macam bentuk media yang bisa digunakan untuk keperluan hidroponik, diantaranya adalah batu krikil, zeolit, pecahan genting, pasir, spons, batu bata, dan sebagainya. Selain media tersebut juga banyak lagi media dari bahan organik yang dapat digunakan, misalnya sabut kelapa, potongan kayu, arang, sekam padi, remukan batang pakis, dan moss. Dalam hidroponik media yang digunakan dapat berupa satu jenis media dan bisa juga lebih dari satu media, misalkan campuran antara sekam padi dengan batang pakis atau yang lainya. Media yang digunakan juga mempengaruhi hasil dari pertumbuhan tanaman yang ditumbuhkan, misalnya menurunkan pH atau bisa juga menaikkan pH di media tanam, karena pada umumnya, tanaman akan bisa tumbuh dengan baik pada pH sekitar 6-6,5 (surachman & suyitno. 1996).
Diusahakan jika menggunakan media tanam hidroponik agar memilih atau menggunakan tempat yang terhindar dari curahan air hujan, misalnya dinaungi dengan plastik UV, kaca atau yang lainya seperti rumah kaca atau Green Hous, sebab jika media terkena air hujan media akan rusak komposisi nutrisinya, dan kemungkinan penanaman tidak akan berhasil dengan maksimal.
Untuk mengetahui pertumbuhan tanaman dari media hidroponik ini berhasil dengan baik atau tidak, dapat diidentifikasi melalui pertambahan berat, volume atau tinggi tanaman. Pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor internal juga eksternal, yang dimaksud faktor internal antara lain sifat genetis, dan status nutrisi. Sedangkan untuk faktor eksternalnya adalah meliputi berbagai kondisi ekologinya seperti pH, intensitas cahaya, kelembaban, dll (surachman & suyitno. 1996).
A.    Macam Model Hidroponik
Hidroponik dapat dilakukan dengan berbagai teknik atau model dalam penerapanya, diantaranya adalah dengan sistem tetes (drips irigation), NFT (Nutrient Film Technique) dan aeropoik, dari ketiga sintem atau model ini mempunyai ciri masing-masing dan rancangan alatnya pun berbeda-beda.
1.      Sistem tetes (drips irigation)
Model ini dilakukan dengan menggunakan tetesan nutrisi untuk menyalurkan nutrisi pada tanaman, dan pada model ini dibutuhkan media atau substrat untuk media tanamnya, misalnya sekam, arang, atau remukan batang pakis. Dengan demikian model seperti ini cocok untuk tanaman yang bebanya cukup berat, misalnya tomat, semangka, melon, dan sebagainya. Dan dibutuhkan pam juga pipa untuk menyedot dan meneteskan/mendistribusikan air nutrisi ke semua tanaman dalam media drips ini agar merata (Subiyanto.2012).
2.      NFT (Nutrient Film Technique)
Sistem NFT ini berbeda dengan sistem drips, sistem NFT mendistribusikan nutrisi ke tanaman dengan cara mengaliri bagian akar yang digantung dengan larutan nutrisi, jadi tanaman di gantung di rak bisa terbuat dari pipa besar yang dilubangi untuk tempat tanaman atau dengan alat yang lainya, pemasangan rak diusahakan agak miring agar air bisa mengalir. Kemudian tanaman bisa digantung dengan menggunakan sterofom juga bisa dengan bahan yang lain seperti busa, kapas dll. Dalam model ini juga diperlukan pam untuk mengalirkan larutan nutrisi yang ada ke rak yang sudah ada tersebut. Dengan teknik yang seperti ini, maka tanaman yang mungkin bisa di tanam dalam media ini adala tanaman yang beratnya kecil atau ringan, misalnya tanaman sayur-sayuran daun sawi, sledri dll (Subiyanto.2012).
3.      Aeroponik
Sistem ini bisa dilakukan dengan menyediakan wadah atau bak kemudian di isi dengan air nutrisi jangan terlalu penuh dan selanjutnya ditutup dengan lempeng sterofom yang dilibangi (untuk tempat tanaman) dan agar bisa kokoh bisa di ganjal busa atau kapas. Kemudian tanaman yang akan di tanam dimasuk kandengan akarnya sebagian ujung tenggelam dalam air dan sebagian atas tidak tenggelam dalam air, ini dilakukan untuk menjaga agar akar tetap mendapatkan oksigen. Dengan komposisi bahan yang seperti ini maka cocok untuk tanaman yang tidak mempunyai berat yang besar.
2.2.Tanaman Tomat
Tanaman tomat banyak ditemukan di daerah tropis seperti di Indonesia, tanaman ini memiliki umur yang relatif agak pendek, sehingga cocok untuk dijadikan bahan penelitian. Sealin itu, tanaman tomat juga menjadi bagian dari salah satu tanaman penghasil buah yang dibutuhkan masyarakat untuk kepentingan memasak sebagai penyedap makanan. Menurut (Wijayani, A, & Widodo, W. 2005) varietes buah tomat relatif banyak, diantaranya yaitu Ratna, Berlian, Mutiara, Bonanza, Intan dan Kaliurang 206. Tomat kaya akan Fe, kandungan gula, dan kandungan vitamin A, B dan C tinggi (Suprijadi, dkk. 2009).
Kemampuan tomat untuk dapat menghasilkan buah sangat tergantung pada interaksi antara pertumbuhan tanaman dan kondisi lingkungannya. Faktor lain yang menyebabkan produksi tomat rendah adalah penggunaan pupuk (unsur hara) yang belum optimal serta pola tanam yang belum tepat. Upaya untuk menanggulangi kendala tersebut adalah dengan perbaikan teknik budidaya. Salah satu teknik budidaya tanaman yang diharapkan dapat meningkatkan hasil dan kualitas tomat adalah hidroponik, karena dengan media ini pembudidaya bisa mengatur nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman tersebut (Wijayani, A, & Widodo, W. 2005).
2.3.Air Kelapa
Air kelapa selain sebagai bahan dasar untuk makanan dan minuman juga memungkinkan bisa untuk menjadi nutrisi bagi tanaman, karena dalam air kelapa terdapat beberapa kandungan unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman. Kandungan unsur hara dalam air kelapa bukan hanya unsur makro akan tetapi juga unsur mikro, misalnya unsur karbon yang terdapat dalam air kelapa berupa senyawa karbohidrat sederhana seperti glukosa, sukrosa, fruktosa. Sedang unsur Nitrogen terdapat pada senyawa asam-asam amino seperti alin, arginin, alanin, sistin, dan serin.(Anonim. 2012)
Berikut kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat dalam air kelapa
Tabel 1.
Komposisi
Konsentrasi
Folate acid
0,003                mg/l
Nicotinate acid
0,64                  mg/l
Panthotenate Acid
0,52                  mg/l
Biotin
0,02                  mg/l
Pyridoxine
Very little
Hyboflavine
0,01                  mg/l
Tyamin
Very little
Giberelat Acid
Very little
Auxins
Very little
1.3-difenilurea
5,8000              mg/l
M-inositol
0,01                  mg/l
Silo-inositol
0,05                  mg/l
Sorbitol
15                     mg/l
C1
183                   mg/100 gram
Cu
0,040                mg/100 gram
Fe
0,1                    mg/100 gram
K
312                   mg/100 gram
Mg
30                     mg/100 gram
Na
105                   mg/100 gram
P
37                     mg/100 gram
S
15                     mg/100 gram
(Tulecke et al, dalam Anonim. 2012).
            Di dalam Air kelapa terdapat kandungan vitamin, asam amino, asam nukleat fosfor, zat tumbuh auksin dan asam giberelat. Yang berfungsi sebagai penstimulir proses proliferasi jaringan, memperlancar metabolisme dan proses respirasi, oleh karena itu air kelapa dapat membantu proses pembelahan sel dan deferensiasi sel. Sehingga mengakibatkan tanaman cepat dalam pertumbuhanya (Tulecke et al, dalam Anonim. 2012).
Menurut (Puspita, dkk. 2011) dan ( Monique, Y. V. 2007), Air kelapa bisa mempercepat pertambahan tingi pada tanaman, hal ini karena dalam air kelapa terkandung hormon-hormon yang membantu menstimulir pertumbuhan dan perkembangan jaringan, seperti auksin, sitokinin, dan giberelin. Selain untuk mempercepat pertumbuhan tanaman hormon seperti sitokinin dan auksin yang terdapat dalam air kelapa ini juga bisa membantu proses pembentukan serta perkembangan daun dan bunga serta akar, akar bisa cepat perbanyakanya dan cepat panjangnya. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Irwanto (2001), bahwa hormon IBA yang termasuk hormon auksin efektif untuk meningkatkan perakaran pada stek batang.


BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.   Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman tomat sebagai bahan uji coba, dan sebagai media Hidroponik komposisi bahanya antara lain ialah air kelapa, aquades (H2O), sekam arang, dan remukan batu bata atau genting.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain vas bunga, timbangan analitik, pH meter, beaker glass, mata pisau, gelas ukur, ember, selang, botol air mineral, alat pengukur intensitas cahaya.
3.2.  Cara Kerja
Penelitian dilakukan pada bulan desember 2012 di Laboratorium terpadu UIN sunan kali jaga yogyakarta. Pertama kali yang dilakukan adalah penyemaian bibit tomat terlebih dahulu di tanah biasa kira-kira tumbuh hingga 2-3 minggu. Setelah sampai pada masa pemindahan tanaman hasil semaian ke media baru, maka langkah selanjutnya adalah membuat komposisi media hidroponik, dengan mencampur arang sekam dan pecahan batu bata, dengan perbandingan arang sekam 3 : 1 batu bata. Disediakan pula komposisi campuran air kelapa dengan air biasa sesuai dengan perlakuan yang akan di lakukan, semua pot harus sama komposisinya. Dalam penelitian ini ada 4 perlakuan, dan setiap perlakukan dilakukan pengulangan 4 kali.
Setelah media siap, tanaman tomat yang sudah di tanam segera dipindahkan ke media hidroponik, dengan cara setiap pot diisi dengan satu tanaman, kemudian tanaman yang sudah di tanam diberikan campuran air kelapa dengan aquades dengan cara diteteskan dari atas melalui selang yang tersambung di botol air mineral. Kemudian untuk pengamatan dilakukan selama 4 bulan, dan yang diamati antara lain pH, jumlah daun, tinggi tanaman, jumlah bunga dan nantinya sampai pada jumlah buah.
3.3.   Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan perlakuan konsentrasi air kelapa yang terdiri dari 4 taraf perlakuan yaitu:
                       
T 0 = 0%, T 1 = 20%, T 2 = 30%, T 3 = 40%
                        Dari masing-masing perlakuan dilakukan 4 kali pengulangan.
T = perlakuan ( T0, T1,T2, T3)
3.4.   Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah bunga dan jumlah buah akan dianalisis dengan menggunakan analisis varian (ANOVA).



DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2012. AIR kelapa, dalam media kultur pembibitan anggrek Http//:www.wordpress.com. diakses tanggal 18/10/2012.
Gardner, F. P., Pearce, R. B, & Mitchell, R. L. 2008. Fisiologi Tanaman Budidaya (Suisilo, H, & subiyanto, Terj.). Lowa State University press. (karya asli dipublikasikan 1985)
Irwanto. 2001. Pengaruh hormon IBA terhadap persen jadi stek pucuk Meranti Putih (Shorea montigena). Jurnal. 2-26
Monique, V. Y. 2007. Pengaruh berbagai konsentrasi air kelapa terhadap pembentukan bunga dan akar stek batang Mi hong ( Aglaia odorata Lout). Primordia. Vol 3, NO 1.
Puspita, Y., Manurung, H., dan Aspiah. 2011. Pengaruh pemberian air kelapa terhadap pertumbuhan Anggrek kantong semar (paphiopedilum supardii braem & loeb) pada Media knudson secara in vitro. Mulawarman Scientifie, Vol 10, No 2, 1412-498.
Subiyanto. 2008. Prospek Pengembangan Iptek Hidroponik Dalam Budidaya Tanaman Semusim Tanaman Semusim. BPP Teknologi, 18-23.
Suprijadi., Nuraini, N., dan Yusuf, M. 2009. Sistem Kontrol Nutrisi Hidroponik Dengan Menggunakan Logika Fuzzy. J.Oto.Ktrl.Inst (J.Auto.Ctrl.Inst) Vol 1 (1),: 31-35
Surachman dan suyitno. 1996. Menyiasati Hidroponik Dengan Teknologi Sederhana. Cakrawala pendidikan edisi khusus Dies, 99-107.
Wijayani, A, & Widodo, W. 2005. Usaha Meningkatkan Kualitas Beberapa Varietas Tomat Dengan Sistem Budidaya Hidroponik. Ilmu Pertanian Vol. 12 (1),: 77 – 83

8 comments: